Posted on
November 13, 2010 by
Putra
Cerita ini di dapat dari email teman baik saya.
Sebuah cerita tentang kerja-keras dan pantang menyerah dalam menggapai kesuksesan.
Saya berharap semoga dapat memberikan inspirasi dan penyemangat bagi kita semuaya :
Sungguh sebuah karunia yang luar biasa bagi
saya bisa bertemu dengan seorang yang memiliki pribadi dan kisah
menakjubkan. Dialah Houtman Zainal Arifin, seorang pedagang asongan,
anak jalanan, Office Boy yang kemudian menjadi Vice President Citibank
di Indonesia.
Sebuah jabatan Nomor 1 di Indonesia karena Presiden Direktur Citibank
sendiri berada di USA. Tepatnya 10 Juni 2010, saya berkesempatan
bertemu pak Houtman. Kala itu saya sedang mengikuti training leadership
yang diadakan oleh kantor saya, Bank Syariah Mandiri di Hotel Treva
International, Jakarta. Selama satu minggu saya memperoleh pelatihan
yang luar biasa mencerahkan, salah satu nya saya peroleh dari Pak
Houtman. Berikut kisah inspirasinya:Sekitar tahun 60an Houtman memulai
karirnya sebagai perantau, berangkat dari desa ke jalanan Ibukota.
Merantau dari kampung dengan penuh impian dan harapan, Houtman remaja
berangkat ke Jakarta.
Di Jakarta ternyata Houtman harus menerima kenyataan bahwa kehidupan
ibukota ternyata sangat keras dan tidak mudah. Tidak ada pilihan bagi
seorang lulusan SMA di Jakarta, pekerjaan tidak mudah diperoleh. Houtman
pun memilih bertahan hidup dengan profesi sebagai pedagang asongan,
dari jalan raya ke kolong jembatan kemudian ke lampu merah menjajakan
dagangannya. Tetapi kondisi seperti ini tidak membuat Houtman kehilangan
cita-cita dan impian.
Suatu ketika Houtman beristirahat di sebuah kolong jembatan, dia
memperhatikan kendaran-kendaraan mewah yang berseliweran di jalan
Jakarta. Para penumpang mobil tersebut berpakaian rapih, keren dan
berdasi. Houtman remaja pun ingin seperti mereka, mengendarai kendaraan
berpendingin, berpakaian necis dan tentu saja memiliki uang yang banyak.
Saat itu juga Houtman menggantungkan cita-citanya setinggi langit,
sebuah cita-cita dan tekad diazamkan dalam hatinya. Azam atau tekad yang
kuat dari Houtman telah membuatnya ingin segera merubah nasib.
Tanpa menunggu waktu lama Houtman segera memulai mengirimkan lamaran
kerja ke setiap gedung bertingkat yang dia ketahui. Bila ada gedung yang
menurutnya bagus maka pasti dengan segera dikirimkannya sebuah lamaran
kerja. Houtman menyisihkan setiap keuntungan yang diperolehnya dari
berdagang asongan digunakan untuk membiayai lamaran kerja.
Sampai suatu saat Houtman mendapat panggilan kerja dari sebuah
perusahaan yang sangat terkenal dan terkemuka di Dunia, The First
National City Bank (citibank), sebuah bank bonafid dari USA. Houtman pun
diterima bekerja sebagai seorang Office Boy. Sebuah jabatan paling
dasar, paling bawah dalam sebuah hierarki organisasi dengan tugas utama
membersihkan ruangan kantor, wc, ruang kerja dan ruangan lainnya.Tapi
Houtman tetap bangga dengan jabatannya, dia tidak menampik pekerjaan.
Diterimanyalah jabatan tersebut dengan sebuah cita-cita yang tinggi.
Houtman percaya bahwa nasib akan berubah sehingga tanpa disadarinya
Houtman telah membuka pintu masa depan menjadi orang yang
berbeda. Sebagai Office Boy Houtman selalu mengerjakan tugas dan
pekerjaannya dengan baik. Terkadang dia rela membantu para staf dengan
sukarela. Selepas sore saat seluruh pekerjaan telah usai Houtman
berusaha menambah pengetahuan dengan bertanya tanya kepada para pegawai.
Dia bertanya mengenai istilah istilah bank yang rumit, walaupun
terkadang saat bertanya dia menjadi bahan tertawaan atau sang staf
mengernyitkan dahinya.
Mungkin dalam benak pegawai ”ngapain nih OB nanya-nanya istilah bank
segala, kayak ngerti aja”. Sampai akhirnya Houtman sedikit demi sedikit
familiar dengan dengan istilah bank seperti Letter of Credit, Bank
Garansi, Transfer, Kliring, dll. Suatu saat Houtman tertegun dengan
sebuah mesin yang dapat menduplikasi dokumen (saat ini dikenal dengan
mesin photo copy). Ketika itu mesin foto kopi sangatlah langka, hanya
perusahaan perusahaan tertentu lah yang memiliki mesin tersebut dan
diperlukan seorang petugas khusus untuk mengoperasikannya.
Setiap selesai pekerjaan setelah jam 4 sore Houtman sering
mengunjungi mesin tersebut dan minta kepada petugas foto kopi untuk
mengajarinya. Houtman pun akhirnya mahir mengoperasikan mesin foto kopi,
dan tanpa di sadarinya pintu pertama masa depan terbuka. Pada suatu
hari petugas mesin foto kopi itu berhalangan dan praktis hanya Houtman
yang bisa menggantikannya, sejak itu pula Houtman resmi naik jabatan
dari OB sebagai Tukang Foto Kopi.
Menjadi tukang foto kopi merupakan sebuah prestasi bagi Houtman,
tetapi Houtman tidak cepat berpuas diri. Disela-sela kesibukannya
Houtman terus menambah pengetahuan dan minat akan bidang lain. Houtman
tertegun melihat salah seorang staf memiliki setumpuk pekerjaan di
mejanya. Houtman pun menawarkan bantuan kepada staf tersebut hingga
membuat sang staf tertegun. “bener nih lo mo mau bantuin gua” begitu
Houtman mengenang ucapan sang staff dulu. “iya bener saya mau bantu,
sekalian nambah ilmu” begitu Houtman menjawab. “Tapi hati-hati ya ngga
boleh salah, kalau salah tanggungjawab lo, bisa dipecat lo”, sang staff
mewanti-wanti dengan keras.
Akhirnya Houtman diberi setumpuk dokumen, tugas dia adalah
membubuhkan stempel pada Cek, Bilyet Giro dan dokumen lainnya pada kolom
tertentu. Stempel tersebut harus berada di dalam kolom tidak boleh
menyimpang atau keluar kolom. Alhasil Houtman membutuhkan waktu
berjam-jam untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut karena dia sangat
berhati-hati sekali. Selama mengerjakan tugas tersebut Houtman tidak
sekedar mencap, tapi dia membaca dan mempelajari dokumen yang ada.
Akibatnya Houtman sedikit demi sedikit memahami berbagai istilah dan
teknis perbankan. Kelak pengetahuannya ini membawa Houtman kepada
jabatan yang tidak pernah diduganya.
Houtman cepat menguasai berbagai pekerjaan yang diberikan dan selalu
mengerjakan seluruh tugasnya dengan baik. Dia pun ringan tangan untuk
membantu orang lain, para staff dan atasannya. Sehingga para staff pun
tidak segan untuk membagi ilmu kepadanya. Sampai suatu saat pejabat di
Citibank mengangkatnya menjadi pegawai bank karena prestasi dan
kompetensi yang dimilikinya, padahal Houtman hanyalah lulusan SMA.
Peristiwa pengangkatan Houtman menjadi pegawai Bank menjadi berita
luar biasa heboh dan kontroversial. Bagaimana bisa seorang OB menjadi
staff, bahkan rekan sesama OB mencibir Houtman sebagai orang yang tidak
konsisten. Houtman dianggap tidak konsisten dengan tugasnya, “jika masuk
OB, ya pensiun harus OB juga” begitu rekan sesama OB menggugat. Houtman
tidak patah semangat, dicibir teman-teman bahkan rekan sesama staf pun
tidak membuat goyah.
Houtman terus mengasah keterampilan dan berbagi membantu rekan
kerjanya yang lain. Hanya membantulah yang bisa diberikan oleh Houtman,
karena materi tidak ia miliki. Houtman tidak pernah lama dalam memegang
suatu jabatan, sama seperti ketika menjadi OB yang haus akan ilmu baru.
Houtman selalu mencoba tantangan dan pekerjaan baru. Sehingga karir
Houtman melesat bak panah meninggalkan rekan sesama OB bahkan staff yang
mengajarinya tentang istilah bank.
19 tahun kemudian sejak Houtman masuk sebagai Office Boy di The First
National City Bank, Houtman mencapai jabatan tertingginya yaitu Vice
President. Sebuah jabatan puncak citibank di Indonesia. Jabatan
tertinggi citibank sendiri berada di USA yaitu Presiden Director yang
tidak mungkin dijabat oleh orang Indonesia.Sampai dengan saat ini belum
ada yang mampu memecahkan rekor Houtman masuk sebagai OB pensiun sebagai
Vice President, dan hanya berpendidikan SMA.
Houtman pun kini pensiun dengan berbagai jabatan pernah diembannya,
menjadi staf ahli citibank asia pasifik, menjadi penasehat keuangan
salah satu gubernur, menjabat CEO di berbagai perusahaan dan menjadi
inspirator bagi banyak orang .
Penasaran? Add pak Houtman di FB dgn search nama lengkapnya.
Sumber